PEKANBARU, Topindonesia.id - Hingga saat ini, kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), masih menyelimuti sebagian kawasan di Provinsi Riau. Jika Karhutla terus berlanjut, dikhawatirkan kabut asap bakal terus menggila dan pada akhirnya bisa mengganggu perhelatan Pacu Jalur di Kabupaten Kuantan Singingi, pertengahan Agustus 2025 nanti.
“Ini yang harus diantisipasi. Event Pacu Jalur sedang menjadi perhatian internasional berkat aura farming. Jangan sampai kabut asap akibat Karhutla mengalihkan perhatian publik dan menunjukkan Gubernur Riau tidak siap dalam menghadapi karhutla,” ujar Okto Yugo Setiyo, Koordinator Jikalahari, dalam rilis yang diterima GoRiau.com, Kamis (24/7/2025).
Ditambahkannya, Pacu Jalur Kuansing Tahun 2025 yang mengambil tema “Pacu Jalur Mendunia UMKM Semakin Jaya” tersebut, sudah dilaksanakan sejak Mei dan puncaknya pada Agustus nanti di Tepian Narosa, Taluk Kuantan. Namun dari pantauan Jikalahari dalam sepekan terakhir, Karhutla di Riau terus meningkat. Sehingga kabut asap juga semakin tebal.
“Karhutla ini bisa diminimalisir jika sejak awal Gubernur Riau menetapkan Siaga Karhutla pada Maret 2025, langsung menjalankan Perda No 1 Tahun 2019 tentang Pedoman Pedoman Teknis Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan,” tambah Okto.
Dalam Perda terkait penyelenggaraan pengendalian Karhutla disebutkan, Gubri harus menyiapkan berbagai hal krusial seperti peta rawan Karhutla, pemantauan berkala, verifikasi lapangan, protokol komunikasi pelaporan hingga standar operasional dan prosedur penerbitan peringatan dini.
Jikalahari juga menilai Gubri terkesan mengabaikan prediksi kemarau dari Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karyawati. Di mana Dwikorita sudah menyampaikan pada Maret 2025 bahwa puncak musim kemarau 2025 terjadi pada Juni hingga Agustus.
“Mestinya peringatan ini menjadi dasar bagi Gubri untuk mengambil langkah pencegahan Karhutla secara proaktif,” ujar Okto lagi.
Jikalahari mengingatkan Pemprov Riau segera menangani Karhutla. Apalagi jika mengingat fenomena ini bukanlah sesuatu hal yang baru di Riau. Bila tak segera ditangani, bukan tidak mungkin perhelatan puncak Pacu Jalur tahun ini bakal terkendala kabut asap.
“Festival Pacu Jalur Kuansing tahun ini memiliki peran strategis, karena ini kesempatan emas supaya Riau dapat dikenal hingga internasional, dan meningkatkan perputaran roda perekonomian masyarakat. Jangan sampai kesempatan ini terancam hilang,” ingat Okto.
Pihaknya merekomendasikan Gubernur Riau segera melakukan beberapa langkah. Diantaranya, menjalankan Perda Nomor 1 Tahun 2019 terutama berkaitan dengan penataan ulang pengelolaan dan pemanfaatan gambut, meninjau ulang izin perusahaan yang berada di kawasan gambut dan melakukan audit kepatuhan.
Gubri juga diharapkan mendorong dilakukannya penegakan hukum terhadap pelaku Karhutla terutama korporasi sawit dan HTI yang telah gagal melindungi arealnya dari karhutla.
"Yang tak kalah penting adalah menghentikan Karhutla agar Festival pacu jalur bebas asap,” pungkasnya.