KAMPAR, Topindonesia.id – Ratusan orangtua murid secara spontan melakukan aksi damai dengan menyegel pintu gerbang SDN 021 Tarai Bangun, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Rabu siang.
Aksi ini dipicu oleh perilaku oknum guru honorer bernama Oyon yang membanting nasi saat peringatan Hari Pahlawan, Senin lalu. Guru honorer lain bernama Rezeki juga terkena imbas karena ikut membantu Oyon saat kejadian itu.
Dampak dari insiden tersebut membuat orangtua murid menyoroti dugaan buruknya kepemimpinan Kepala Sekolah SDN 021 Tarai Bangun, Aspina Wati Harahap. Mereka mendesak Dinas Pendidikan Kabupaten Kampar untuk mengevaluasi kepala sekolah dan memintanya angkat kaki dari Kecamatan Tambang.
Menurut pengakuan orangtua murid, mulai terkuak dugaan kasus pemotongan dana PIP, pungutan uang ijazah, pungutan pembangunan, hingga pemotongan jatah MBG.
“Kami sudah tidak tahan, kami minta tiga orang ini kepsek dan juga dua guru honor Oyon dan Reza agar dikeluarkan dari sekolah ini,” kata orangtua murid
Aktivitas belajar mengajar sempat terhenti, dan pihak Dinas Pendidikan serta kepolisian dikabarkan akan turun ke sekolah.
Sementara itu, beberapa guru yang diwawancarai juga mengungkap perilaku arogan Oyon, bukan hanya terhadap murid tapi juga kepada sesama guru.
“Kami sedih sekali, kami pernah dibilang binatang sama pak Oyon ini,” kata seorang guru dengan mata berkaca-kaca, Rabu pagi.
Para guru menilai Oyon memiliki kedekatan khusus dengan kepala sekolah.
“Saat kamu berurusan dengan Oyon ini kami selalu bermasalah dengan kepala sekolah,” ungkap seorang guru.
Guru itu juga menggambarkan adanya ketimpangan perlakuan di lingkungan sekolah.
“Di sini ada guru VIP dan guru kipas angin. Dan bagi guru yang kipas angin ini selalu dibelakangi, sementara ruangan VIP yang ber-AC itu yang punya tampuk kekuasaan.”
“Kami sebagai guru minta Kepsek, Oyon dan Reza ini dievaluasi saja agar ada kenyamanan belajar dan mengajar di sekolah ini.”
Menanggapi situasi ini, Dinas Pendidikan Kampar bergerak cepat. Kabid Dikdas, Yolanda Sri Rahayu, melalui Kadisdik Kampar H. Aidil, langsung melakukan klarifikasi dan evaluasi menyeluruh terhadap sistem manajerial sekolah.
“Kami tidak akan tinggal diam. Insiden ini menjadi pelajaran berharga untuk perbaikan sistem pendidikan di Kampar,” tegas Yolanda.
Ia menjelaskan, insiden pembagian nasi kotak bermula dari kegiatan sosialisasi pencegahan kekerasan di sekolah, yang seharusnya menjadi momen positif namun ternodai karena masalah distribusi.
“Kesalahan ada pada kurangnya pengawasan dari pihak dinas. Kami mengakui hal ini dan akan segera berbenah,” ujarnya.
Menurut keterangan, snack box telah dibagikan saat acara berlangsung. Namun, nasi kotak diserahkan kepada pihak sekolah untuk dibagikan saat siswa pulang. Ironisnya, pembagian dilakukan di luar sekolah saat hari panas, dengan guru membagikan nasi kepada 900 siswa yang mengantri.
Seorang guru honorer bernama Yon akhirnya membanting nasi karena merasa kewalahan dan tertekan dengan situasi tersebut.
“Saya khilaf dan emosi. Seharusnya saya bisa lebih bijak dalam menangani situasi tersebut,” sesal Yon.
Dinas Pendidikan Kampar pun mencatat adanya laporan-laporan lain yang akan menjadi bahan pembinaan, termasuk dugaan nepotisme di lingkungan sekolah.
“Ada laporan-laporan lain yang kami tampung, dan ini akan menjadi bahan pertimbangan untuk pembinaan lebih lanjut,” tegas Yolanda.
Evaluasi menyeluruh akan dilakukan terhadap kepala sekolah dan jajaran guru.
“Kami akan evaluasi secara transparan dan profesional. Kepentingan siswa adalah prioritas utama kami,” tambahnya.
Kabid Yolanda menegaskan pihaknya akan terus melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap seluruh sekolah di Kabupaten Kampar.
“Kami akan terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan di Kampar. Insiden ini menjadi momentum untuk melakukan perbaikan yang lebih baik,” pungkasnya.
Menurut pengakuan orangtua murid, mulai terkuak dugaan kasus pemotongan dana PIP, pungutan uang ijazah, pungutan pembangunan, hingga pemotongan jatah MBG.
“Kami sudah tidak tahan, kami minta tiga orang ini kepsek dan juga dua guru honor Oyon dan Reza agar dikeluarkan dari sekolah ini,” kata orangtua murid
Aktivitas belajar mengajar sempat terhenti, dan pihak Dinas Pendidikan serta kepolisian dikabarkan akan turun ke sekolah.
Sementara itu, beberapa guru yang diwawancarai juga mengungkap perilaku arogan Oyon, bukan hanya terhadap murid tapi juga kepada sesama guru.
“Kami sedih sekali, kami pernah dibilang binatang sama pak Oyon ini,” kata seorang guru dengan mata berkaca-kaca, Rabu pagi.
Para guru menilai Oyon memiliki kedekatan khusus dengan kepala sekolah.
“Saat kamu berurusan dengan Oyon ini kami selalu bermasalah dengan kepala sekolah,” ungkap seorang guru.
Guru itu juga menggambarkan adanya ketimpangan perlakuan di lingkungan sekolah.
“Di sini ada guru VIP dan guru kipas angin. Dan bagi guru yang kipas angin ini selalu dibelakangi, sementara ruangan VIP yang ber-AC itu yang punya tampuk kekuasaan.”
“Kami sebagai guru minta Kepsek, Oyon dan Reza ini dievaluasi saja agar ada kenyamanan belajar dan mengajar di sekolah ini.”
Menanggapi situasi ini, Dinas Pendidikan Kampar bergerak cepat. Kabid Dikdas, Yolanda Sri Rahayu, melalui Kadisdik Kampar H. Aidil, langsung melakukan klarifikasi dan evaluasi menyeluruh terhadap sistem manajerial sekolah.
“Kami tidak akan tinggal diam. Insiden ini menjadi pelajaran berharga untuk perbaikan sistem pendidikan di Kampar,” tegas Yolanda.
Ia menjelaskan, insiden pembagian nasi kotak bermula dari kegiatan sosialisasi pencegahan kekerasan di sekolah, yang seharusnya menjadi momen positif namun ternodai karena masalah distribusi.
“Kesalahan ada pada kurangnya pengawasan dari pihak dinas. Kami mengakui hal ini dan akan segera berbenah,” ujarnya.
Menurut keterangan, snack box telah dibagikan saat acara berlangsung. Namun, nasi kotak diserahkan kepada pihak sekolah untuk dibagikan saat siswa pulang. Ironisnya, pembagian dilakukan di luar sekolah saat hari panas, dengan guru membagikan nasi kepada 900 siswa yang mengantri.
Seorang guru honorer bernama Yon akhirnya membanting nasi karena merasa kewalahan dan tertekan dengan situasi tersebut.
“Saya khilaf dan emosi. Seharusnya saya bisa lebih bijak dalam menangani situasi tersebut,” sesal Yon.
Dinas Pendidikan Kampar pun mencatat adanya laporan-laporan lain yang akan menjadi bahan pembinaan, termasuk dugaan nepotisme di lingkungan sekolah.
“Ada laporan-laporan lain yang kami tampung, dan ini akan menjadi bahan pertimbangan untuk pembinaan lebih lanjut,” tegas Yolanda.
Evaluasi menyeluruh akan dilakukan terhadap kepala sekolah dan jajaran guru.
“Kami akan evaluasi secara transparan dan profesional. Kepentingan siswa adalah prioritas utama kami,” tambahnya.
Kabid Yolanda menegaskan pihaknya akan terus melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap seluruh sekolah di Kabupaten Kampar.
“Kami akan terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan di Kampar. Insiden ini menjadi momentum untuk melakukan perbaikan yang lebih baik,” pungkasnya.
(Red)

